Oleh : Aef Elfath
Kabar mengejutkan diterima sekitar pukul 11.00 WIB. Abdul Rasyid Irawan atau lebih dikenal Bang Yan meninggal dunia di Medan.
Pikiranku melayang 19 tahun lalu, saat pertama bertemu dengan Bang Yan di rumahnya, yang juga rumah dukanya Jalan Mayor Oking no 73 Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi.
Kesan pertama, orangnya bersahaja dan memahami tentang Bekasi dan ke-Bekasi-an. Apalagi beliau pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Bekasi tahun 1999-2004 dari partai besutan Jenderal Edi Sudrajat. Juga pernah dicalonkan menjadi wakil bupati bersama Damanhuri.
Pandangannya luas dan penuh tantangan. Meski banyak diam dan lebih banyak bercanda, tetapi setiap katanya penuh nas/berisi. Seperti tokoh Bekasi umumnya dan kiyai NU, bercanda tetapi seolah memperolok diri sendiri.
Sejak saat pertemuan itu, saya bertemu jika di Bekasi terjadi sesuatu. Hanya berdiskusi kecil dan mencari solusi. Bahkan, saya bersama Nicodemus Godjang anggota DPRD Kota Bekasi, saat menjadi wartawan sering melakukan operasi khusus untuk kebaikan Kota Bekasi. Sepertinya kami berdua adalah manusia yang selalu berada di balik tirai, mengamati dan melakukan tindakan untuk kebaikan Bekasi.
Meski jarang bertemu, kami selalu berada di rel yang sama. Di ujung jalan kami bertemu, tanpa pernah bersinggungan atau saling mengalah jika ada suatu hal yang tak berkenan.
Cintanya untuk kampung halaman Bekasi melebihi cintanya kepada dirinya. Hampir seluruh waktunya tidak mau merusak Bekasi. Saat digosa untuk berhadapan dengan Wali Kota Rahmat Efendi (Bung Pepen), Bang Yan memilih mundur dan menjadi tim belakang layar untuk kemenangan Rahmat Effendi. Kecuali saat menjadi tim inti atau ketua tim pemenangan DALU, Dadang Mulyadi dan Lucky Hakim, beliau terpaksa berhadapan dengan Bang Pepen meski menjalaninya dengan setengah hati.
“Minimal ada pembelajaran demokrasi, dan jadi bagian kritik ke depan terhadap pemerintahan Wali Kota nanti,” ujar Yan Rasyad.
Kiprahnya bukan hanya dalam bidang politik. Bang Yan Rasyad juga sangat mencintai dunia sepak bola, khususnya Persipasi.
Saat Persipasi dalam liga utama bersama M2. Yan Rasyad berjuang dengan caranya membesarkan Persipasi, saat itu beliau Ketua PSSI. Bersama beliau saya berbagi tugas untuk meningkatkan hibah PSSI sebesar Rp7 miliar di DPRD Kota Bekasi. Dan itu pun berhasil.
Cintanya kepada dunia olah raga sangat tinggi. Bahkan anak perempuannya menjadi atlet sepatu roda. Pernah kami bersama mengantar ke kejuaraan sepatu roda di Yogyakarta saat itu anak saya ikut pertandingan amatir.
Sehingga saya pun tak heran begitu mendapat kabar, Bang Yan menjadi Ketua KONI dua periode. Saat stadion Patriot Chandra Bhaga menjadi stadion kebanggaan warga Bekasi.
Juga tak heran, saat memimpin KONI banyak prestasi yang diraih, menjadi 3 besar di PORDA Jabar, serta mengirimkan atletnya ke PON Papua.
Selain politik dan olah raga. Cintanya kepada Bekasi tak diragukan lagi. Saat gonjang ganjing calon pilkada 2024, bang Yan malah digadang-gadang untuk maju dari partai Golkar. Meskinya beliau mendapat rekomendasi karena ke-Bekasi-an yang tak diragukan lagi.
Bang Yan adalah tokoh masyarakat Bekasi yang menampung semua orang dari berbagai elemen. Beliau tidak pernah pandang bulu, siapa pun diterimanya meski orang tersebut bermasalah. Baginya siapa pun yang ingin berkiprah untuk Bekasi, maka akan menjadi bagian hidupnya.
“Yang penting mereka peduli sama kemajuan dan kejayaan Bekasi,” ujar Bang Yan saat saya bertanya kenapa semua orang ditampung tanpa seleksi.
Semua orang yang datang pun selalu diterima dengan hati terbuka. Meski memiliki kekayaan dan suami dari pejabat di lingkungan Kejaksaan, dia tetap sederhana dan no thing to loose. Low profile.
Pertemuan terakhir saya adalah saat sehari sebelum penentuan ketua KONI 2022. Kami berdua tanpa kata, hanya memikirkan masa depan KONI dan Bekasi. Sambil sesekali menyanyikan lagu rock klasik dan lagi slow. Dengan cerutunya, sekali hisap seolah memikirkan kemajuan Bekasi ke depan.
Selamat Jalan Bang Yan. Begitu banyak kenangan dan orang yang merasa kehilangan. Semoga Allah SWT menempatkan Abang di Raudatul Jannah.
*Aef Elfath, Penulis