JAKARTA, BacainD.com – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menanggapi fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan penutupan sejumlah pabrik elektronik di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, seperti yang terjadi pada PT Sanken Indonesia dan PT Yamaha Music Indonesia.
Agus menyatakan bahwa perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut terkait penyebab penutupan pabrik-pabrik tersebut.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang perlu dicermati, seperti masalah internal perusahaan atau kesulitan dalam bersaing dengan produk-produk impor dari negara lain.
“Kami harus memeriksa apakah penutupan ini disebabkan oleh masalah manajerial, ekspansi yang berlebihan, atau ketidakmampuan untuk bersaing dengan produk luar. Kita semua tahu bahwa produk impor dapat menjadi pesaing yang kuat,” ujar Agus di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (26/2/2025).
Jika masalah yang dihadapi berkaitan dengan daya saing industri dan insentif dari pemerintah, Agus menegaskan bahwa hal tersebut harus segera diatasi.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa kebijakan insentif bagi industri lebih banyak diatur oleh kementerian lain, bukan Kemenperin.
“Masalah insentif dan daya saing bukan sepenuhnya berada di tangan kami. Ada kementerian lain yang berwenang dalam memberikan insentif. Kami hanya dapat fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan PHK, karena itulah yang menjadi sorotan kami,” lanjutnya.
Agus juga menegaskan pentingnya memperhatikan dampak sosial dari PHK.
Menurutnya, pemutusan hubungan kerja bukanlah sekadar angka statistik, melainkan masalah yang mempengaruhi kehidupan banyak orang.
“Setiap PHK adalah masalah serius. Setiap individu yang kehilangan pekerjaan adalah persoalan besar bagi masyarakat. Kami harus merasakan dampaknya seolah orang yang di-PHK itu adalah orang terdekat kita,” ujarnya dengan tegas.
Sebelumnya, Presiden Partai Buruh dan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, mengungkapkan bahwa PT Yamaha Music Indonesia telah mem-PHK 1.100 pekerjanya pada akhir 2024 hingga awal 2025.
Dari jumlah tersebut, 400 pekerja berasal dari pabrik di Cibitung, Bekasi, yang memproduksi piano untuk ekspor, sementara 700 pekerja lainnya di-PHK dari pabrik Yamaha di Jakarta.
Kondisi ini menjadi perhatian serius, mengingat dampak PHK terhadap perekonomian dan kesejahteraan sosial masyarakat yang terdampak. (Alf)