PASURUAN, BacainD.com – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Pasuruan bersama Tim Penggerak PKK Kabupaten Pasuruan sukses menggelar kegiatan storytelling yang menyasar anak-anak usia dini.

Acara yang dilaksanakan di Balai Desa Tempuran, Kecamatan Pasrepan pada Senin (21/7/2025) pagi ini menuai pujian, terutama dari Ketua TP PKK Kabupaten Pasuruan, drg. Merita Ariestya Yudi.

Meskipun berasal dari lingkungan pedesaan, anak-anak TK dan RA di Kecamatan Pasrepan menunjukkan bakat bercerita yang luar biasa. Mereka tampil percaya diri layaknya pendongeng berpengalaman. “Senang sekali melihat anak-anak TK dan RA sudah berani bercerita meski hanya singkat. Tapi setidaknya mereka sudah berani dan percaya diri untuk tampil,” ungkap Merita.

Dalam sambutannya, Merita yang akrab disapa Mela Rusdi ini menekankan bahwa storytelling adalah metode efektif untuk menumbuhkan minat baca anak. “Sebab lewat cerita, anak-anak belajar bahasa, moral, imajinasi bahkan penguatan karakter,” jelasnya.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada para tenaga pendidik atas dedikasi mereka dalam membimbing anak-anak. “Karena mengajar anak yang masih duduk di bangku RA atau TK itu tidak gampang. Harus sabar, telaten dan mau menyelami satu-satu anak didiknya,” terangnya.

Acara storytelling ini juga merupakan bagian dari peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 dengan tema “Peduli tumbuh kembang anak: Bebas stunting, melek literasi, sehat mental.” Menurut Mela, tema ini menyerukan perhatian serius terhadap tiga tantangan utama yang dihadapi anak-anak: stunting fisik, stunting literasi, dan kesehatan mental anak.

Mengenai stunting, data menunjukkan bahwa ini masih menjadi masalah serius. PKK, melalui program bina keluarga balita dan penyuluhan gizi, berupaya mengatasinya. “Termasuk penguatan posyandu dan kolaborasi lintas sektor untuk memastikan anak-anak Pasuruan tumbuh sehat dan kuat,” ujarnya.

Terkait stunting literasi, Mela Rusdi menyatakan bahwa PKK bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan mendorong program Pojok Baca keluarga serta gerakan membaca 15 menit sehari. “Kita pastikan setiap desa memiliki ruang baca yang hidup, karena literasi bukan hanya membaca buku. Tapi membentuk cara berpikir, menyaring informasi dan membangun karakter,” tegasnya.

Sementara untuk kesehatan mental anak, ia menyoroti banyaknya anak yang mengalami gangguan kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, semua pihak perlu membangun ekosistem keluarga dan sekolah yang ramah emosi. “Dimana anak tidak hanya dididik. Tetapi juga dipeluk, didengar dan dimengerti,” harapnya. (BM)

Ikuti Channel WhatsApp Bacaind
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *