
JAKARTA, BacainD.com โ Protes terhadap dampak dugaan polusi udara akibat fasilitas pengelolaan sampah menjadi bahan bakar alternatif RDF (Refuse-Derived Fuel) Plant Jakarta-Rorotan, masih terus bergema.
Protes tersebut tetap bermunculan, meskipun aksi demonstrasi damai yang direncanakan oleh warga RW.014 Komplek Perumahan Elit Jakarta Garden City (JGC), Cakung Timur Kecamatan Cakung, Jakarta Timur urung dilaksanakan, usai berdialog dengan pihak pengelolah RDF Plant Jakarta-Rorotan.
Dalam tuntutannya, polusi yang terindikasi dari asap cerobong RDF Plant tersebut diyakini warga sekitar telah mencemari udara kawasan tersebut dan mengganggu kenyamanan warga.
Wahyu Andre, Sekretaris RT.018/RW.14, yang mewakili warga Komplek Perumahan Elit Jakarta Garden City, menekankan pentingnya pengelola RDF Plant untuk menanggapi serius dampak lingkungan, terutama soal kualitas udara.
Andre berharap pihak pengelola membuka saluran pengaduan yang bisa diakses 24 jam bagi warga yang terpengaruh, seperti melalui hotline atau media sosial yang siap menanggapi keluhan atau bau sesak yang tercium.
Tak hanya sebatas saluran pengaduan saja, namun ia berharap agar pengaduan atau complain yang masuk dalam saluran tersebut, bisa segera ditanggapi dengan cepat dan tidak lelet.
“Jika warga mengeluh, seminggu kemudian baru dibalas, nah hal seperti itu yang sangat kami sesalkan,” ujar Andre kapada media, saat ditemui di kediamannya, Minggu Sore (23/2/2025).
Selain itu, Andre juga mengharapkan adanya time schedule operasional di fasilitas RDF Plaint yang diinformasikan kepada pihak warga. ย
โKalau misalkan sekarang lagi proses (pelaksanaan); kapan nih; lagi uji coba kapan waktunya, jam berapa, dimana jadi kami juga bisa memantau aroma bau yang ditimbulkan dan tercium oleh kami, apalagi kadang-kadang hidung tidak bisa membedakan aroma bau yang ditimbulkan dari fasilitas RDF atau polusi udara dari tempat lain. Apalagi dengan adanya perusahaan (ternak) ‘bebek’. Kita harus dijelaskan waktunya, uji cobanya kapan, dimana jam berapa jadi bisa saling bertukar informasi,” imbuhnya.
Selain itu, Andre berharap agar warga dilibatkan dalam proses pengawasan fasilitas RDF.
Dia menyarankan agar bukan hanya warga JGC, tetapi juga warga dari daerah terdampak lainnya seperti Kota Harapan Indah, Bekasi, ikut berpartisipasi dalam mengawasi dampak lingkungan ini.
“Mampu memberikan laporan secara priodik tentang gangguan kesehatan, juga soal kualitas udara terutama untuk daerah terdampak dalam radius 0 – 5 KM minimal mingguan (secara berkala). Kualitas udara kawasan 5 KM dari RDF dapat meyakinkan warga terdampak adanya polusi atau tidaknya, agar lebih fair. Selain juga dapat selalu mendeteksi agar supaya tidak terjadi debat kusir kedepannya, apalagi penciuman kan berbeda-beda bagi orang awam,” pungkasnya.
Sebelumnya, setelah melakukan diskusi dengan warga, Kepala Unit Pengelolaan Sampah Terpadu (UPST) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta, Agung Pujo Winarko, mengungkapkan akan mengevaluasi dampak bau yang timbul dari pengoperasian RDF Plant Jakarta – Rorotan.
โMemang ada fakta, terjadi aroma bau itu fakta yang terjadi, setelah itu kami stop untuk segera dievaluasi,โ kata Agung kepada awak media.
Sementara itu, Rommo Kosasih, praktisi lingkungan dari Bekasi, menyoroti dugaan kurangnya profesionalisme dalam penanganan dampak lingkungan dari proyek ini.
“Penanganan seolah (diduga) tidak profesional dari dampak bakteri (molekul) sampah tersebar lewat pencemaran melalui udara, apakah dapat dipastikan asap yang dibuang telah bersih atau steril,” ucap Rommo.
Rommo juga mempertanyakan apakah polusi udara yang dihasilkan oleh RDF Plant sudah benar-benar bersih dan steril, serta apakah anggaran yang digelontorkan oleh Pemprov senilai Rp. 1,28 triliun sudah cukup untuk memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
“Dengan anggaran pembangunan yang cukup besar dari APBD Pemprov DKJ tahun 2024 senilai Rp. 1,28 triliun, alokasi kemana saja. Apakah ada Kompensasi lingkungan atau pun bagi warga terdampak dan dengan nilai berapa besar. Apalagi proyek RDF Plant Jakarta – Rorotan tersebut meskipun dirancang khusus dan dengan suatu halnya tentu bukan sebuah proyek sembarangan, justru jangan sampai malah meningkatkan potensi udara terburuk Kota Jakarta dan daerah sekitarnya,” tandasnya. (fwj.i/hms-bks/@red/AZ)