
LAMPUNG, BacainD.com – Rumah Kepala Kampung (Lurah) Gunung Agung, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah, Sukardi, dibakar massa pada Sabtu (17/5/2025).
Aksi massa tersebut, juga menghanguskan satu unit mobil dan sepeda motor milik Sukardi.
Amarah warga dipicu oleh dugaan penyelewengan bantuan sosial (bansos) yang dilakukan Sukardi, serta buntut dari perkelahian berdarah yang melibatkan kerabatnya.
Menurut informasi yang dihimpun, Sukardi diduga telah empat kali menjual beras bansos milik warga.
Terakhir, ia tertangkap tangan menjual 400 karung beras seberat 4 ton kepada sebuah pondok pesantren di Tulangbawang, Januari 2025, seharga Rp36 juta.
“Rumah Pak Lurah dibakar, motor juga dibakar. Warga tersulut emosi karena kabar penyelewengan bansos yang viral di media sosial,” ujar Ahmad, warga setempat, Sabtu (17/5/2025).
Sebelum pembakaran, warga sempat menyegel Kantor Balai Kampung dan Kantor Kepala Kampung Gunung Agung pada Februari 2025 sebagai bentuk protes terhadap Sukardi.
Mereka juga telah mendesak Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah untuk mencopot Sukardi dari jabatannya.
“Sudah empat kali bantuan beras untuk warga miskin di kampung kami tidak jelas ke mana perginya. Terakhir dijual 4 ton ke Tulangbawang,” ungkap Taufik, warga lainnya.
Pemicu Tambahan: Duel Maut di Pasar
Kapolres Lampung Tengah, AKBP Alsyahendra, mengungkapkan bahwa aksi pembakaran juga dipicu oleh insiden perkelahian di Pasar Bandar Agung yang berujung kematian.
Perkelahian tersebut melibatkan kerabat Sukardi berinisial AGS (41) dan warga bernama SRY.
Insiden terjadi pada Sabtu pagi saat SRY tengah menemani istrinya belanja di pasar.
Cekcok mulut dengan AGS berujung pada penikaman yang menyebabkan SRY tewas.
“AGS sudah kami amankan dan ditetapkan sebagai tersangka penikaman. Terkait aksi pembakaran, kami masih menyelidiki dan mencari provokatornya,” jelas AKBP Alsyahendra.
Bukti Penyelewengan Menguat
Seorang saksi mata, Deki, mengaku melihat ratusan karung beras bansos diangkut menggunakan truk pada malam hari dari Kantor Balai Kampung.
“Saya curiga karena beras dikeluarkan diam-diam jam 7 malam. Setelah saya ikuti, ternyata dijual seharga Rp90 ribu per karung ke luar daerah,” tuturnya, seperti yang dikutip dari Tribunews.
Polisi kini masih menyelidiki dua kasus besar ini: dugaan korupsi bantuan sosial oleh kepala kampung dan pembunuhan yang melibatkan kerabatnya.
Sementara itu, situasi di Kampung Gunung Agung masih dijaga aparat untuk mengantisipasi kerusuhan susulan. (Ths)