BEKASI, BacainD.com – Lonjakan harga ayam potong yang mencapai 30% membuat pelaku usaha Rumah Pemotongan Ayam (RPA) di Bekasi menjerit.

Mereka menilai situasi ini sudah di luar batas wajar karena bukan hanya memukul usaha, tetapi juga mengancam ketahanan pangan masyarakat.

Hamdan, perwakilan RPA, CV Zulvan Jaya Chicken menegaskan dampak dari kenaikan tersebut sangat luas.

“Usaha kami merugi besar. Penjualan turun hingga separuh, bahkan sejumlah karyawan terpaksa kami rumahkan. Kondisi ini sudah sangat darurat,” ujarnya tegas.

Menurutnya, lonjakan harga telah menghantam rantai distribusi dari hulu hingga hilir.

Rumah pemotongan yang biasanya mampu mengirimkan pasokan dua kali lipat dalam sehari kini hanya sanggup memenuhi setengahnya.

Jika situasi ini terus dibiarkan, ia memperingatkan akan terjadi kelangkaan pasokan di pasar.

“Kami tidak bisa terus menanggung beban ini sendirian. Jika pemerintah pusat maupun daerah tetap tutup mata, mogok kerja massal adalah langkah terakhir yang akan kami ambil,” Ucap Hamdan, Rabu(10/9/2025).

Kami RPA (Rumah Pemotongan Ayam) yang terdiri dari CV Pemotong Restu Jaya, PT Lestari, RPH Wahyu Jaya, Pemotongan UWH Abadi, Pemotongan Dua Putra, Rehan Chicken, Maharani Chicken, dan Zulfan Jaya Chicken menegaskan akan melakukan mogok kerja kembali sampai harga benar-benar stabil.

Ancaman tersebut jelas bukan gertakan semata. Jika mogok massal benar terjadi, pasokan ayam potong ke pasar akan terganggu parah dan berpotensi memicu gejolak pangan di Bekasi maupun wilayah sekitarnya.

Ketua Pokja Bantargebang yang akrab disapa Ketua Aing ikut bersuara keras menekan pemerintah pusat dan daerah.

Ia menilai persoalan ini tak boleh dianggap remeh karena langsung menyentuh kepentingan rakyat banyak.

“Kalau pemerintah daerah dan pusat tidak segera turun tangan, ini akan jadi bencana pangan. Rakyat kecil yang paling menderita. Jangan biarkan pengusaha dan masyarakat dipermainkan harga. Saya tegaskan, pemerintah harus bertindak cepat, tegas, dan nyata, bukan sekadar rapat tanpa solusi,” ucap Ketua Aing, (10/9).

Ia juga menambahkan masalah kenaikan harga ayam bukan sekadar urusan bisnis, melainkan soal perut rakyat.

Ketahanan pangan adalah urat nadi bangsa.

Bila kebutuhan pokok terus dibiarkan melonjak tanpa kendali, dampaknya bisa merembet pada krisis sosial dan politik.

“Rakyat lapar itu bom waktu. Pemerintah jangan abai. Hadirkan solusi nyata, bukan janji,” tegas Ketua Aing.

Ikuti Channel WhatsApp Bacaind
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *