
Registrasi arsip Kawasan Kotabaru sebagai MKB dihimpun dari 320 berkas yang terdiri dari 256 arsip tekstual, 33 arsip foto, dan 31 arsip kartografi.
Arsip ini ditelusuri dari 23 entitas berbeda, sebagai penguat informasi dan konteks sejarah.
Salah satu arsip paling menonjol adalah Peta Kotabaru tahun 1925, yang menunjukkan pembagian kavling perumahan, serta nama-nama jalan yang menggunakan nama gunung dan sungai.
Nilai Historis Kawasan Kotabaru
Afia menjelaskan bahwa Kawasan Kotabaru menyimpan nilai historis penting.
Pada masa kolonial, kawasan ini dirancang sebagai hunian modern bagi warga Eropa di Yogyakarta. Saat pendudukan Jepang, beralih fungsi menjadi tempat tinggal pejabat militer serta gudang senjata.
Kemudian, pada masa revolusi kemerdekaan, Kotabaru menjadi pusat pemerintahan Indonesia ketika Yogyakarta menjadi ibu kota negara pada 1946–1949.
Peristiwa bersejarah lainnya yang terjadi di kawasan ini adalah Serbuan Kotabaru pada 7 Oktober 1945.
Banyak bangunan peninggalan masa tersebut yang masih berdiri dan dilestarikan hingga kini.
“Kotabaru hingga kini tetap terjaga, baik artefak maupun infrastrukturnya. Hal ini membuktikan komitmen Pemkot Yogyakarta dalam menjaga kawasan bernilai sejarah tinggi,” imbuh Afi.
Proses Panjang dan Tantangan Penyusunan
Afia mengungkapkan bahwa penyusunan MKB Kawasan Kotabaru membutuhkan waktu sekitar 20 bulan.
Proses tersebut tidak mudah, mengingat syarat ketat registrasi arsip sebagai MKB: harus memiliki nilai wawasan kebangsaan, keunikan, kelangkaan, integritas, dan autentikasi fisik arsip.
Penyusunan MKB ini melibatkan kolaborasi antara Pemkot Yogyakarta, Pemda DIY, dan Puro Pakualaman sejak tahun 2024.