BEKASI, BacainD.com – Fenomena debu hitam pekat yang menyelimuti wilayah Kampung Kaliabang, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medansatria, Kota Bekasi, dalam dua pekan terakhir terus memicu keresahan warga.Senin (17/11/2025).
Partikel gelap yang diduga berasal dari aktivitas industri berbahan bakar batu bara itu tak hanya mengotori rumah dan fasilitas umum, tetapi juga mulai mengganggu kesehatan masyarakat.
Isu ini mencuat setelah video amatir yang menunjukkan lantai rumah warga menghitam hanya dengan sekali usap viral di media sosial pada Jumat, 14 November 2025.
BacainD Juga:
Kondisi serupa juga dialami Pondok Pesantren Fathul Baari Indonesia, tempat hampir seluruh permukaan lantai dipenuhi debu pekat hingga beberapa santri mengalami batuk dan sesak napas.
Ketua RT 01 RW 04, Syahbudin, mengatakan fenomena tersebut sudah berlangsung dan belum mendapat perhatian jelas dari pihak perusahaan maupun pemerintah.
“Kami menduga debu ini berasal dari pabrik-pabrik sekitar. Dampaknya sudah terasa ke warga,” ujarnya.
Ketua Komisi III DPRD Kota Bekasi, Arif Rahman Hakim, yang juga tinggal di kawasan terdampak, menilai polusi ini sudah melewati batas toleransi.
BacainD Juga:
Ia mendesak pemerintah untuk mengambil langkah tegas.
“Jangan hanya dokumentasi tanpa tindakan. Warga jangan dibiarkan menjadi korban,” tegas Arif, yang sebelumnya pernah menyoroti perusahaan PT BKP terkait dugaan pengelolaan limbah yang tidak sesuai aturan.
Menanggapi situasi yang semakin meresahkan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi, Kiswatiningsih, memastikan pihaknya telah bergerak cepat.
Ia mengungkapkan bahwa DLH telah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah perusahaan yang berdekatan dengan sumber laporan warga.
BacainD Juga:
Selain itu, DLH juga melakukan uji emisi cerobong pada 13 dan 14 November 2025.
“Kami sudah turun ke lokasi dan melakukan uji emisi di tiga titik sesuai laporan masyarakat. Sampel sudah kami kirim ke laboratorium resmi yang ditunjuk,” ujar Kiswatiningsih.
Namun, ia menegaskan bahwa hasil uji laboratorium baru bisa keluar setelah 14 hari sesuai SOP.
Karena itu, DLH belum bisa memastikan perusahaan mana yang menjadi sumber polusi.
BacainD Juga:
“Kita tidak bisa menyalahkan si A, si B, atau si C sebelum hasil uji lab keluar. Ada tiga titik lokasi dan tiga perusahaan yang kami ambil datanya, tapi nama perusahaan tidak bisa kami sebutkan sebelum hasilnya resmi,” jelasnya.
Kiswatiningsih memastikan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam jika terbukti ada perusahaan yang melanggar aturan lingkungan.
“Kalau memang terbukti, langkah kami jelas: akan ada tindakan sesuai peraturan Menteri Lingkungan Hidup. Komitmen kami tegas, tinggal tunggu hasil uji laboratorium,” tegasnya.
Sementara itu, warga Kaliabang berharap pemerintah bisa memberikan kepastian atas sumber abu hitam yang kini mencemari rumah dan mengganggu kesehatan mereka.
BacainD Juga:
“Yang penting ada tindakan. Jangan sampai kami terus menghirup debu ini tanpa tahu asalnya,” ujar seorang warga.
Ketua Komisi III DPRD, Arif Rahman, menegaskan kembali bahwa pemerintah harus bertindak cepat setelah hasil laboratorium keluar.
“Jika benar ada perusahaan yang membakar batu bara tanpa pengelolaan sesuai aturan, mereka harus diberi sanksi. Warga tidak boleh terus menjadi korban,” tegasnya.
(firman)
BacainD Juga:
