BEKASI, BacainD.com – Di balik setiap profesi yang ada, termasuk profesi prestisius seperti dokter, pengacara, insinyur, hingga pejabat negara, terdapat jasa guru yang mengajarkan ilmu dan membentuk karakter sejak dini.
Tanpa peran guru, tidak akan ada tenaga profesional yang mampu menjalankan fungsinya di masyarakat.
Pandangan ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Himpunan Putra Putri Keluarga Besar TNI AD Tahun 1963 (HIPAKAD 63′), Joko S. Dawoed, yang juga merupakan praktisi hukum, dalam momentum Hari Guru Nasional 2025.
“Apapun profesinya, semua berawal dari jasa guru yang mengajar. Seorang dokter tidak akan bisa mengoperasi pasien jika tidak diajarkan cara membaca dan menulis oleh gurunya di sekolah dasar,” kata Joko, Senin (25/11/2025).
Ia menegaskan, bahwa profesi guru adalah fondasi dari semua profesi lainnya, sehingga seharusnya mendapat penghargaan dan kesejahteraan yang setara dengan profesi lain.
Joko menjelaskan bahwa guru bukan sekadar pengajar, tetapi arsitek yang membangun peradaban suatu bangsa. Setiap ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh profesional di berbagai bidang, semuanya dimulai dari bangku sekolah.
“Pengacara yang pandai berargumentasi, dokter yang mahir mendiagnosis penyakit, insinyur yang mampu membangun jembatan, semuanya belajar dari guru. Bahkan presiden dan menteri pun dulu diajar oleh guru,” jelasnya.
Ia menambahkan, tanpa guru yang mengajarkan kemampuan dasar seperti membaca, menulis, berhitung, dan berpikir kritis, tidak akan ada tenaga profesional yang mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
Sebagai praktisi hukum, Joko mengakui bahwa perjalanan kariernya dimulai dari bimbingan para guru sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
“Saya bisa menjadi praktisi hukum karena dulu ada guru yang mengajarkan saya membaca Undang-Undang Dasar, memahami nilai-nilai keadilan, dan berpikir logis. Tanpa mereka, saya tidak akan sampai di posisi ini,” paparnya.
Ia menyebut bahwa setiap pengacara, hakim, jaksa, dan ahli hukum lainnya memiliki utang budi kepada guru yang telah membentuk dasar pemikiran dan karakter mereka.
Namun Joko menyayangkan bahwa meskipun peran guru sangat fundamental, kesejahteraan mereka seringkali tidak sebanding dengan profesi lain, yang notabene juga merupakan hasil didikan guru.
“Ironis sekali. Guru yang mengajarkan seorang dokter mendapat gaji jauh lebih rendah dari dokter yang diajarnya. Guru yang mendidik pengacara, gajinya tidak sebanding dengan honorarium pengacara. Ini tidak adil,” tegasnya.
Ia mendesak pemerintah, untuk memberikan penghargaan nyata kepada guru, bukan hanya dalam bentuk ucapan selamat di Hari Guru, tetapi melalui kebijakan kesejahteraan yang konkret.
“Guru honorer yang gajinya di bawah UMR, guru PNS yang tunjangannya minim, ini harus segera diperbaiki. Mereka adalah fondasi dari semua profesi yang ada di negara ini,” ungkap Joko.
Joko menekankan, bahwa peradaban suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan, dan kualitas pendidikan sangat bergantung pada kesejahteraan guru.
“Negara-negara maju menempatkan guru sebagai profesi terhormat dengan kesejahteraan yang layak. Hasilnya, sistem pendidikan mereka berkualitas dan melahirkan generasi yang kompeten,” jelasnya.
Ia berharap, Indonesia dapat belajar dari negara-negara tersebut dan mulai menempatkan guru sebagai prioritas dalam pembangunan nasional.
Melalui momentum Hari Guru Nasional 2025, Joko mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama para profesional yang telah sukses, untuk tidak melupakan jasa guru yang telah mendidik mereka.
“Kita yang sekarang sudah sukses di berbagai profesi, jangan lupa bahwa kita bisa sampai di sini karena ada guru yang mengajar kita. Sudah seharusnya kita memperjuangkan kesejahteraan mereka,” ucapnya.
Ia juga mengajak pemerintah, untuk menunjukkan penghormatan sejati kepada guru, melalui kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan dan pengembangan profesionalisme guru.
“Penghormatan sejati bukan sekadar ucapan selamat, tapi aksi nyata. Naikkan gaji guru honorer, perbaiki fasilitas sekolah, berikan pelatihan berkualitas. Itu baru penghormatan yang bermakna,” pungkasnya.
Joko S Dawoed menutup pandangannya dengan mengingatkan bahwa investasi pada guru, adalah investasi pada masa depan bangsa. Tanpa guru yang sejahtera dan berkualitas, mimpi Indonesia menjadi negara maju akan sulit terwujud.






