
BEKASI, BacainD.com โ Harapan untuk meraih penghidupan yang lebih baik di luar negeri justru berubah menjadi mimpi buruk bagi Febby Febriadi (27), warga Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Alih-alih bekerja sebagai editor video seperti yang dijanjikan, ia malah terjerumus dalam operasi perjudian online di Kamboja.
Febby mengaku awalnya tergiur dengan tawaran temannya yang menjanjikan pekerjaan dengan gaji tinggi.
Ia diberitahu bahwa posisinya kelak adalah sebagai editor video di sebuah hotel.
Namun, sesampainya di Kamboja pada April 2024, kenyataan yang ia temui sangat berbeda.
“Awal mulanya sih sebenarnya ditipu ya sama teman, karena mereka bilang di sana (Kamboja) tuh gua ke sana cuma buat jadi editor hotel, buat bikin kayak video pemasaran hotel itu,” ujarnya kepada media, Jumat (18/4/2025).
Febby merasa curiga sejak awal ketika melihat banyak ruangan di hotel tersebut yang dipenuhi komputer dan kamera pengawas.
“Ngerasa anehnya kayak misalkan pas mau tandatangan kontrak itu banyak ruangan, salah satunya ada ruangan yang kebuka, semua (ruangan) banyak komputer, di depan komputer sudah ada CCTV, jadi mungkin biar mereka (pekerja) enggak kabur,” kata Febby.
Harapan menjadi editor video seperti yang diiming-imingi pun kandas. Febby disodorkan kontrak kerja yang isinya di luar dugaan.
Dalam kontrak tersebut, Febby dijadikan sebagai marketing judi online yang berkantor di sebuah hotel di Kamboja.
“Pas sampai sana gua pribadi malah dijadiin admin marketing buat judi online,” ungkapnya.
Tugasnya pun jelas, menjaring pengguna untuk melakukan deposit melalui pesan singkat, menggunakan data lengkap yang sudah tersedia dalam sistem perusahaan.
โSatu orang bisa dihitung lima transaksi kalau lima kali deposit. Target harian minimal bawa sepuluh orang untuk deposit,โ ungkap Febby.
Selama tujuh bulan bekerja di bawah tekanan, Febby mengaku mengalami tekanan mental hebat.
Meski tanpa kekerasan fisik, ia kerap menjadi sasaran makian dari atasan yang sebagian besar lebih muda darinya.
Ia merasa sangat tertekan, namun tetap bertahan demi memenuhi target dan menghindari sanksi.
Tekadnya untuk kembali ke tanah air semakin kuat.
Namun, untuk bisa keluar dari kontrak kerja tersebut, ia harus membayar biaya yang disebut โDendaโ sebesar Rp 23 juta.
Jumlah itu, menurutnya, mencakup ongkos keberangkatan, pembuatan paspor, hingga akses jalur VIP.
“(Uang) tebusan gua pribadi sampai Rp23 juta, itu bayar ke perusahaan cash, karena dari Rp23 juta itu dihitung dari biaya transport gua berangkat, pembuatan paspor, sama jalur VIP segala macem,” paparnya.
โKalau nggak bayar tebusan, kita nggak bisa pulang meski kontraknya belum habis,โ kata mantan barista ini.
Febby akhirnya berhasil kembali ke Indonesia pada November 2024 setelah mengumpulkan dana tersebut.
Ia kini kembali menetap bersama keluarganya dan mengaku tidak ingin lagi menginjakkan kaki di tempat itu, meski sempat menerima tawaran serupa dari mantan rekan kerja.
Perusahaan tempat ia bekerja dahulu berkedok hotel mewah, namun di dalamnya beroperasi sebagai markas judi online.
Sebagian besar karyawannya, menurut Febby berasal dari Indonesia, termasuk para pimpinan.
โSemua tampak seperti hotel biasa, lengkap dengan resepsionis dan keamanan. Tapi di dalamnya itu tempat kerja ribuan orang, hampir semua orang Indonesia,โ kisahnya.
Kini Febby ingin memperingatkan masyarakat agar tidak tergiur janji manis bekerja di luar negeri tanpa memastikan kejelasan informasi dan legalitas perusahaan.
“Pesan gua buat buat orang-orang, judi online enggak ada yang bikin kaya, kalau kalian main judi online ujung-ujungannya pasti pinjol (pinjaman online), jual barang-barang segala macem buat main, itu pasti kalian bakal kalah, karena kalau kalian kalah, bandar di sana bener-bener senang dengan keadaan kalian yang sudah jatuh,” tandas Febby. (Alf)