BEKASI, BacainD.com – Fenomena debu hitam pekat yang menyelimuti wilayah Kampung Kaliabang, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, terus memantik kegelisahan warga.

Partikel gelap yang dipercaya berasal dari limbah pembakaran batu bara sejumlah pabrik itu kini tak hanya mengotori rumah, tetapi juga mulai menggerogoti kesehatan masyarakat.

Ketua Komisi III DPRD Kota Bekasi, Arif Rahman Hakim, yang turut tinggal di kawasan terdampak, angkat bicara.

Ia membenarkan bahwa polusi debu yang dalam beberapa hari terakhir viral di media sosial memang nyata terjadi dan kian meresahkan.

“Sudah lama kami mencurigai ada perusahaan yang tidak mengelola limbah sebagaimana mestinya,” ujarnya tegas.

Arif menyoroti satu nama, PT BKP, perusahaan yang sebelumnya pernah dipantau karena dugaan pembuangan limbah sembarangan.

Ia mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi untuk segera turun tangan.

“Jangan hanya dokumentasi tanpa tindakan. Warga jangan dibiarkan menjadi korban tanpa kompensasi apa pun,” tandasnya.

Kekhawatiran warga semakin beralasan setelah sebuah video amatir memperlihatkan lantai rumah yang mendadak menghitam hanya dengan satu usapan tangan.

Rekaman yang diambil pada Jumat, 14 November 2025 itu beredar cepat di media sosial dan mengundang gelombang keprihatinan.

Tak berhenti di rumah-rumah warga, sebuah pondok pesantren pun mengalami nasib serupa.

Hampir seluruh permukaan lantainya dipenuhi debu pekat, seolah kawasan itu baru saja dilanda letusan gunung berapi.

Informasi yang dihimpun di lapangan mengarah pada satu sumber utama, cerobong raksasa milik pabrik-pabrik besar pengolah minyak goreng dan sabun.

Warga menduga kuat asap pembakaran batu bara yang dilepas ke udara tanpa penyaringan memadai menjadi biang keladi tragedi debu ini.

Ketua RT 01 RW 04, Syahbudin, juga merasakan dampak langsung.

“Kami menduga debu ini dari pabrik-pabrik dekat sini. Sejauh ini belum ada perhatian, baik dari pemerintah maupun pihak pabrik,” ucapnya dengan nada kecewa.

Sementara itu, pengurus Pondok Pesantren Fathul Baari Indonesia, Gunawan, menyebut fenomena ini sudah berlangsung selama dua minggu.

“Paling parah kemarin. Semua lantai hitam. Bahkan beberapa santri mulai batuk dan sesak napas,” ungkapnya.

Paparan debu hitam yang terus-menerus membuat warga mulai mengalami keluhan kesehatan, mulai dari batuk ringan hingga indikasi infeksi saluran pernapasan (ISPA).

Kekhawatiran pun menjalar, terutama di kalangan keluarga yang memiliki anak kecil dan lansia.

Melihat situasi yang kian memburuk, Arif Rahman kembali menegaskan perlunya tindakan nyata.

“Pemerintah harus bertindak tegas terhadap pabrik yang tidak berproduksi sesuai aturan dan jelas merugikan masyarakat,” tegasnya.

Warga pun berharap, di tengah gelombang polusi yang makin mencekik, ada langkah konkret dari pemerintah baik penindakan terhadap perusahaan yang lalai maupun upaya pemulihan lingkungan agar mereka dapat kembali bernapas lega di rumah sendiri.

(Firman)

Ikuti Channel WhatsApp Bacaind
Bagikan: