BEKASI, BacainD.com – Suasana pagi di Kaliabang Bahagia, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, berubah menjadi kelabu dalam tiga minggu terakhir.
Bukan karena cuaca, melainkan serbuan debu hitam misterius yang setiap hari kembali menyelimuti rumah-rumah warga seakan muncul diam-diam saat semua orang terlelap.
Firman, warga RT 03 RW 04, memperlihatkan kondisi rumahnya usai salat Subuh.
Lantai yang baru dibersihkan, jendela yang semalam dilap, hingga kap mobil yang mengilap, kembali dipenuhi serbuk hitam bertekstur kasar.
“Setiap pagi pasti muncul lagi. Kasar sekali, seperti pasir debu. Sudah tiga minggu begini dan belum ada perubahan,” keluhnya, menunjukkan pemandangan tersebut dari rumahnya di Jalan H. Neren No. 69, Jumat (14/11/2025).
Lurah Pejuang, Suhendra, membenarkan kondisi yang membuat warga resah itu.
Ia menyebut keluhan datang dari dua titik paling terdampak: Kampung Rawa Bambu dan Kaliabang Bahagia, yang mencakup beberapa RW.
Menurutnya, debu hitam tidak hanya menempel di lantai dan perabotan, tetapi bahkan membuat sebagian warga harus mengenakan masker saat berada di dalam rumah.
“Kalau pintu kebuka, debunya masuk ke dalam. Aktivitas warga jadi sangat terganggu,” jelas Suhendra saat diwawancarai.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi melalui PPLH sudah turun ke lapangan mengambil sampel dan melakukan pengamatan.
Hasil awal memang menunjukkan adanya debu hitam, namun DLH belum memastikan dari pabrik mana sumber emisi tersebut berasal.
“Di wilayah kami banyak perusahaan yang menggunakan batu bara dengan cerobong tinggi. Tapi untuk menentukan sumber pastinya, itu wewenang DLH. Kita menunggu hasil analisis resminya,” tegas Suhendra.
Beberapa warga menaruh dugaan kuat pada industri yang memakai batu bara sebagai bahan bakar.
Mereka menyebut pabrik-pabrik besar di sekitar Kaliabang, seperti PT Wings Food (Mie Sedaap) dan PT BKP, meski belum ada bukti ilmiah yang menguatkan.
DLH disebut tengah memeriksa laporan semester perusahaan termasuk catatan emisi cerobong untuk memastikan apakah ada pelanggaran.
Fenomena ini semakin janggal karena debu tak pernah terlihat muncul pada siang hari.
“Kalau siang bersih. Kayaknya keluarnya malam saat warga tidur. Jadi pagi-pagi baru kelihatan numpuk,” ungkap Suhendra.
Sambil menunggu kepastian hasil pemeriksaan, ia mengimbau warga memperketat sirkulasi udara rumah saat malam hari dan tetap menggunakan masker untuk mengurangi risiko gangguan pernapasan.
Firman berharap pemerintah tidak hanya memeriksa, tetapi juga menindak tegas pelaku pencemaran.
“Kalau memang ada pabrik yang lalai, ya harus ditindak. Kami di sini setiap hari menghirup ini,” ujarnya.
Hingga berita ini dipublikasikan, DLH Kota Bekasi masih belum merilis pernyataan resmi terkait sumber pencemaran debu hitam yang meresahkan warga Medan Satria.






