
BEKASI, BacainD.com – Di tengah riuh kota, nama Sambudi, kelahiran April 1963, menjadi bagian penting dalam sejarah musik rock Bekasi. Rambutnya kini memutih, namun semangat bermusiknya tak pernah padam sejak ia menabuh drum pertama kali di era 1980-an.
Tahun 1981, Sambudi bersama rekan-rekannya membentuk Exi Rop, salah satu band rock pertama di Bekasi. Kala itu, anak muda mulai meniru gaya Deep Purple dan Led Zeppelin.
“Main musik bukan buat populer, tapi buat lega,” kenangnya. Rabu (9/10/2025).
Empat tahun kemudian, ia mendirikan Muka Pucat, band legendaris yang sering tampil di panggung komunitas Bekasi hingga Jakarta Timur.
“Kalau main di panggung, rasanya kayak bebas,” ujarnya.
Akhir 80-an, lahir Squadron Band, grup cover Scorpions yang dikenal lewat aransemen nyaris sempurna. Tak berhenti bereksperimen, Sambudi kemudian membentuk Premature Band pada 1992 — band underground pertama di Bekasi dengan genre thrash metal dan grindcore.
“Kalau musiknya keras, itu karena hidup juga keras,” katanya tegas.
Di balik penampilan rockernya, Sambudi juga pernah menjalani hidup sebagai penyanyi jalanan. Sejak 1987, ia bergabung dengan KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan), mengamen di bus kota dan sudut-sudut Bekasi hingga 2006.
“Jalanan itu sekolah kehidupan,” tuturnya. “Di situ saya belajar rendah hati dan makna musik yang sesungguhnya.”
Setelah dua dekade di jalan, tahun 2006 ia memutuskan berbagi ilmu sebagai instruktur drum. Di ruang kecil tempatnya mengajar, Sambudi menanamkan disiplin dan ketulusan pada murid-muridnya.
“Kalau mereka bisa main dengan hati, hidup saya nggak sia-sia,” ujarnya.
Lebih dari empat puluh tahun berkarya, Sambudi tetap setia pada musik. Baginya, drum adalah simbol kehidupan — keras tapi ritmis, berisik tapi teratur.
“Hidup itu kayak main drum,” katanya sambil tersenyum. “Kadang cepat, kadang lambat, yang penting tetap main dari hati.”
(Nikko)