
BEKASI, BacainD.com – Sebanyak 89 anak dari Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara, tidak lolos pada Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) jalur zonasi (domisili) di SMAN 3 Cikarang Utara.
Mereka diarahkan untuk mengikuti tahap kedua melalui jalur prestasi yang akan dibuka pada 24 Juni hingga 1 Juli 2025.
Camat Cikarang Utara, Enop Can, menyebutkan bahwa keputusan ini merupakan hasil musyawarah bersama unsur Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam), pihak sekolah, pengawas, kepala desa, dan perwakilan warga.
Ia berharap anak-anak yang belum diterima dapat terakomodir pada tahap selanjutnya.
“Total ada 89 anak yang belum masuk tahap pertama. Mereka bisa mendaftar kembali lewat jalur prestasi. Ikuti saja prosesnya, karena daya tampung sekolah memang terbatas,” kata Enop saat ditemui Kamis (19/6).
Ketua Panitia SPMB SMAN 3 Cikarang Utara, Yuliani, menjelaskan bahwa tahap pertama menerima 151 siswa dari kuota total 432 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 146 siswa berasal dari wilayah Desa Waluya.
“Penerimaan siswa mengikuti ketentuan Juklak dan Juknis SPMB SMA 2025 Jawa Barat. Untuk jalur domisili dialokasikan 35 persen dari total kuota,” ujar Yuliani.
Ia mengimbau para orang tua segera mempersiapkan dokumen pendaftaran jalur prestasi, termasuk nilai rapor dan bukti prestasi akademik maupun non-akademik.
Sebelumnya, puluhan warga Desa Waluya menggelar aksi unjuk rasa di depan sekolah sebagai bentuk protes terhadap hasil seleksi jalur zonasi.
Mereka mempertanyakan transparansi proses seleksi karena banyak anak yang tinggal dekat sekolah justru tidak diterima.
“Rumah saya cuma 500 meter dari sekolah, tapi anak saya nggak lolos. Malah yang rumahnya jauh bisa diterima,” ujar Lena (46), salah satu orang tua yang ikut berdemo.
Kekecewaan serupa disampaikan Erni (44), warga lainnya.
Ia menduga adanya kecurangan dalam proses seleksi dan mempertanyakan keabsahan data domisili beberapa peserta yang diterima.
“Pasti ada yang nggak beres. Ada anak dari luar Waluya yang bisa lolos, padahal anak-anak asli sini ditolak,” tegasnya.
Dalam aksi tersebut, warga juga mengancam akan menggembok gerbang sekolah jika tuntutan mereka tidak ditanggapi. (Frm)